Rabu, 12 November 2008

Obama dan Tata Ekonomi

Diunduh dari Harian KOMPAS, Selasa, 11 November 2008
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/11/11/00294699/obama.dan.tata.ekonomi
Oleh Ahmad Erani Yustika

Kehadiran Barack Obama dalam panggung politik AS diduga bakal berdampak luar biasa bagi dunia. Pengaruh besar itu bukan karena AS dominan di bidang ekonomi dan politik luar negeri, tetapi secara spesifik kehadiran Obama akan menimbulkan stimulus besar yang memengaruhi dunia.

Ada tiga stimuli Obama terhadap dunia. Pertama, Obama menawarkan pendekatan persuasi dalam politik luar negeri sehingga tiap masalah (konflik) tidak diselesaikan dengan operasi militer.

Kedua, Obama akan mengakhiri era ”negara tidur” di bidang ekonomi (sosial) yang selama ini menjadi pemicu aneka soal terkait kemerosotan ekonomi, hancurnya akses dan kualitas kesehatan, serta menurunnya pendidikan AS.

Ketiga, Obama berpotensi menggalang solidaritas global demi mengatasi persoalan ketimpangan kemakmuran global yang kian mengerikan.

Proyek penataan ekonomi

Fakta yang tidak dapat dihindari, ekonomi AS yang serba dipandu pasar adalah ketimpangan kesejahteraan antarwarga. Hal itu membuat sebagian warga AS sulit mengakses perumahan, pendidikan, dan kesehatan yang layak. Realitas ini tentu mengecewakan sebab sebagai salah satu negara dengan pendapatan per kapita tertinggi di dunia, seharusnya membuat semua penduduk AS mendapat kelayakan kebutuhan hidup dasar (bahkan sekunder/tersier). Kenyataan, justru sebaliknya yang terjadi. Sumber dari itu semua adalah ketimpangan pendapatan. Hal ini berbeda dengan sebagian negara di Eropa, seperti Jerman, yang meski pendapatan per kapita lebih rendah, tetapi tingkat ketimpangan pendapatannya rendah sehingga akses publik terhadap perumahan, pendidikan, dan kesehatan relatif bagus (tentu dengan ditopang sistem jaminan sosial yang kokoh).

Obama amat menyadari hal itu sehingga bersama tim ekonominya, dia berupaya merombak sistem ekonomi AS yang selama ini menjadi penyebab ketimpangan itu. Salah satu yang akan dilakukan adalah mendesain kebijakan pajak progresif, di mana warga yang lebih kaya (pendapatan di atas 250.000 dollar AS) akan mendapat beban pajak lebih tinggi.

Model ini memberi dua dampak penting. Pertama, mengikuti pandangan Keynes, pajak progresif yang akan memeratakan pendapatan pasti bisa meningkatkan permintaan total (aggregate demand) masyarakat sehingga ekonomi berpotensi bergerak lebih cepat. Penjelasannya, kelompok kaya cenderung memakai sebagian (besar) pendapatannya untuk ditabung, sementara kaum papa membelanjakan seluruh pendapatannya. Memang, pajak progresif bukan satu-satunya instrumen ekonomi untuk meningkatkan permintaan total, tetapi berdasarkan pengalaman, instrumen ini amat efektif.

Kedua, pajak progresif yang dikelola dengan baik melalui skema sistem jaminan sosial membuat akses kelompok miskin untuk memperoleh hak dasar minimum—seperti kesehatan, pendidikan, dan perumahan (bisa diperluas dalam banyak segi)—akan meningkat drastis. Obama amat menyadari hal ini sehingga sistem jaminan sosial menjadi salah satu prioritas program kerjanya. Dalam bidang kesehatan, Obama ingin meningkatkan persentase warga yang dijamin asuransi kesehatan, di mana dalam satu dekade terakhir justru menurun. Hal yang sama juga terjadi di bidang pendidikan dan perumahan. Untuk mewujudkan program itu, diperlukan peran negara yang cukup ”eksesif”, yang selama ini dihindari ideologi pasar. Peristiwa ini menandai keyakinan baru yang diperagakan AS untuk menyusun sistem ekonomi (sosial) yang lebih bermakna bagi masa depan yang lebih menjanjikan kesetaraan kesejahteraan.

Tata ekonomi dunia

Warga dunia juga berharap, Obama tidak berhenti menata ekonomi domestik AS, meski portofolio tugas yang diembannya mengurus masalah dalam negeri. Peran Obama diperlukan dalam mendesain kembali tata ekonomi dunia karena dua pertimbangan penting.

Aspek pertama, keyakinan bahwa AS merupakan negara yang paling berpengaruh dalam mengonstruksi tata ekonomi dunia sehingga wajar bila tuntutan perubahan tata ekonomi dunia juga harus melibatkan AS secara aktif.

Aspek kedua, realitas bahwa tata ekonomi dunia yang disorong AS selama ini telah menghasilkan residu pembangunan yang amat pahit, misalnya kemiskinan massal, ketimpangan pendapatan, kriminalitas, dan aneka patologi sosial lainnya. Stigma AS yang serba buruk dapat dilenyapkan hanya jika AS menempuh langkah radikal untuk ikut memperbaikinya.

Secara substansial, rasanya tidak terlalu berat bagi Obama untuk memikul beban itu karena model reformasi ekonomi untuk menata ekonomi domestik AS paralel dengan kebutuhan reformasi tata ekonomi dunia. Krisis ekonomi yang bermula dari AS juga menjadi kekuatan pendorong yang meyakinkan bahwa model pembangunan dan sistem ekonomi pasar tanpa pagar hanya menimbulkan ilusi. Spirit program ekonomi domestik AS itu harus terpantul dalam kebijakan ekonomi luar negerinya sehingga dua pilar terpenting interaksi ekonomi dunia—sistem perdagangan dan keuangan—menjadi obyek reformasi utama. Proyek liberalisasi perdagangan dan keuangan harus dikaji ulang untuk memberi ruang bagi negara berkembang memperkuat ekonominya. Adapun bagi negara maju, reformasi itu diperlukan untuk menata ulang desain ekonominya. Jika komitmen Obama sampai level ini, idiom ”Change We Believe In” akan lebih bergema secara internasional.

Ahmad Erani Yustika Direktur Eksekutif Indef; Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya

[ Kembali ]

Harapan Besar pada Presiden Baru

Perekonomian

AP photo/Bill Waugh / Kompas Images
Truk pengangkut membawa mobil Chevrolet Traverse dari pabrik General Motors di Spring Hill, Tennessee, awal Oktober. Krisis keuangan di AS dan dunia mengakibatkan permintaan mobil menurun tajam. General Motors, Jumat (7/11), mengumumkan kerugian miliaran dollar AS dan kemungkinan pengurangan tenaga kerja. Ford Motor dan pabrikan mobil dunia juga mengumumkan kerugian atau turunnya keuntungan. Ini merupakan tugas berat Presiden AS terpilih, Barack Obama.
Diunduh dari Harian KOMPAS, Minggu, 9 November 2008
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/11/09/01263245/harapan.besar.pada.presiden.baru

Pertama kalinya dalam 76 tahun krisis finansial terjadi berbarengan dengan hajatan politik besar, Pemilihan Presiden AS. Krisis juga telah menyebar ke bagian dunia lain. Negara kuat, yang tadinya dianggap kebal terhadap krisis, terkena imbas juga. Tidak hanya dalam sektor finansial, seperti perbankan dan pasar modal yang kolaps, tetapi juga sektor riil.

Permintaan barang dari para miss Amerika yang terkenal doyan belanja menurun. Akibatnya, ekspor ke AS dari negara mitra dagangnya, seperti China, turut melemah.

Setelah terpilih pada Pemilihan Presiden AS 4 November, platform politik Presiden AS terpilih, Barack Obama, dapat dipastikan akan lebih mempertimbangkan keadaan perekonomian saat ini. Menyelamatkan sistem finansial akan tetap menjadi fokus kebijakan Obama. Dia juga sudah mulai menggerakkan tim ekonominya sebelum dilantik. Presiden terpilih itu menerima warisan defisit 500 miliar dollar AS saat diangkat sumpah. Defisit diperkirakan menjadi 1 triliun dollar AS akhir tahun depan. Karena defisit yang semakin menganga, iklim finansial akan sangat memengaruhi kebijakan presiden baru dibandingkan dengan kebijakannya memengaruhi iklim finansial.

Masih belum jelas benar bagaimana Obama akan memperbaiki rencana penyelamatan ekonomi, termasuk mengenai Program Penyelamatan Aset Bermasalah. Sebagian besar orang berharap Obama akan mendukung rencana itu dengan dukungan langsung kepada pemilik rumah yang sedang tertimpa masalah. Sejarah Amerika juga penuh dengan contoh politisi yang mengabaikan janji-janji manis selama kampanye ketika sudah memegang jabatannya.

Para ahli keuangan mengatakan, setidaknya ada lima langkah awal yang harus dilakukan Obama untuk meyakinkan publik bahwa ada sesuatu yang mereka lakukan dalam mengatasi masalah ekonomi.

Merangkul semua orang

”Hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan rencana ekonomi disepakati oleh semua orang untuk mulai meningkatkan kepercayaan di pasar,” ujar Peter J Tanous, Presiden Lynx Investment Advisory, di Washington DC. Dia juga penulis pembantu pada buku The End of Prosperity. Buku ini berisi kajian bahwa pajak yang lebih tinggi akan membahayakan perekonomian.

Kubu Republik yang menyukai pasar bebas bersitegang dengan kubu Demokrat yang menyukai intervensi pemerintah. Konflik ini harus dihentikan karena menimbulkan konflik pada pengambilan keputusan dan kebijakan moneter. Hasilnya, akses ke modal lebih mudah, sayangnya, perbankan menolak menyalurkan uang itu sebagai kredit.

Hal itu harus dihentikan, ujar Tanous, yang juga pendukung Obama. Dia menolak anggapan bahwa rencana ekonomi Obama akan membawa kapitalisme kontemporer berakhir. ”Kami tidak akan mengakhiri pasar bebas. Apa yang harus dia akhiri adalah kapitalisme laissez-faire. Kami akan menyusun aturan untuk memastikan pasar bebas tidak terkendali lagi seperti saat ini,” ujar Tanous.

Dia menambahkan, Obama merupakan presiden dari Demokrat pertama yang didukungnya setelah John F Kennedy. Menurut Tanous, kepemimpinan Obama harus memasukkan juga partisipasi besar dari kubu Republik.

Kesepakatan baru

Analis di Wall Street mengatakan pasar bergerak naik setelah pemilu presiden. Masih ada harapan bahwa perubahan arah setelah tertekan bulan lalu akan dapat memberikan pengaruh pada yang lebih luas. Untuk mendapatkan itu, presiden harus memperlihatkan bahwa ini adalah awal yang baik untuk bisnis.

”Isunya tentang kepercayaan dan hal itu tidak akan memerlukan biaya banyak untuk negara ini. Presiden harus mengambil tanggung jawab bersama dengan Menteri Keuangan juga bekerja sama dengan Gubernur The Fed juga bersama otoritas di pasar modal,” kata Kurt Karl, kepala ekonom pada perusahaan reasuransi raksasa Swiss Re.

Pemerintahan yang lebih kuat diharapkan dapat merencanakan atau setidaknya menyalurkan investasi sebagai bagian dari rencana ekonomi. Ada anggapan bahwa para investor saham di beberapa sektor khawatir atas kemenangan Obama. Dengan kemenangan Demokrat, Washington dapat menekan laba perusahaan sektor kesehatan atau energi. Dan benar tidak sukar untuk menemukan pendukung kubu Republik di Wall Street. Investor kaya dan profesional keuangan cenderung menyukai pajak rendah dan deregulasi, sejalan dengan platform Republik.

Bagaimanapun, Obama memiliki banyak pendukung di antara para investor. CEO Berkshire Hathaway Warren Buffett merupakan pendukung Obama. Faktanya, menurut Center for Responsive Politics, donasi dari kalangan industri sekuritas dan investasi sebesar 11,1 juta dollar AS kepada Obama dan 7,7 juta dollar AS untuk McCain.

Perbankan dan perumahan

Salah satu ketidakpastian terbesar yang dihadapi presiden baru adalah bagaimana membenahi sektor perbankan. Pembekuan bank sejauh ini dihindari. Sayangnya, pemilik rumah tak beruntung karena menghadapi proses penyitaan rumah karena tidak sanggup membayar cicilan kredit.

Ruang Obama untuk bermanuver dalam sektor perbankan dan perumahan hanya sedikit mengingat sudah banyak keputusan diambil dalam bidang ini. Sementara itu, konsensus tetap diperlukan untuk mencegah penambahan kasus rumah sitaan.

Dengan situasi demikian, Obama harus hati-hati, dengan penuh pertimbangan sejauh mana dia hendak membantu institusi keuangan. Seberapa besar perhatian yang diperlukan terhadap masyarakat yang tengah berjuang dengan cicilan kredit rumah atau mereka yang harga rumahnya anjlok lebih rendah dibandingkan dengan nilai kredit yang mereka ambil dari bank.

”Saya rasa tantangannya adalah merestrukturisasi kembali aturan sistem finansial untuk membuatnya lebih baik lagi serta menghindari bencana seperti ini terulang kembali,” ujar David Ressler, Kepala Ekonom Nomura Securities, di New York.

”Untuk melakukan hal itu dengan tepat diperlukan waktu panjang dan proses berkesinambungan. Keprihatinan saya adalah akan ada mitos 100 hari kepemimpinan presiden baru. Saat ini semua orang akan menilai kinerja presiden dan mungkin tergesa-gesa menyatakan sesuatu. Padahal, tindakan-tindakan itu baru akan dapat terlihat pada jangka waktu panjang,” katanya.

Pada saat bersamaan, pemilik rumah yang tersandung permasalahan memerlukan bantuan mengatasi masalah KPR. ”Pasar akan berayun pada kedua arah, publik juga akan berayun menuruti perspektif,” katanya.

Jangan menaikkan pajak

Bahkan, para ekonom pendukung Obama tidak sepakat atas rencana Obama menaikkan pajak walaupun terhadap orang kaya. Membebankan pajak kepada seseorang, pada keadaan perekonomian seperti sekarang, akan mendapat celaan dari para pengamat di pasar modal. Obama secara khusus telah mengindikasikan akan meningkatkan pajak pendapatan dari modal (capital gain).

”Saya sejujurnya berharap semua hal tentang kenaikan pajak ini dihapus. Kenaikan pajak dalam situasi perekonomian seperti ini akan berbahaya,” ujar Tanous.

Awal tahun ini, beberapa orang khawatir akan pasar modal yang menurun jika Obama terpilih. Kekhawatiran ini karena Obama mengajukan proposal akan ada kenaikan pajak pendapatan dari modal bagi investor kaya.

Teorinya, investor akan beramai-ramai menjual saham sebelum aturan itu efektif. Meski tingginya pajak dapat menjadi beban bagi perekonomian, teori ini hanya berdampak jangka pendek. ”Anda tentu tidak akan membiarkan implikasi pajak mendikte keputusan investasi,” ujar perencana keuangan Micah Porter dari Minerva Planning di Atlanta.

Di sisi lain, defisit anggaran yang akan mencapai 1 triliun dollar AS memerlukan kreativitas untuk menambal anggaran. Ada pula pendapat, daripada meningkatkan pajak, Obama justru harus memangkas pajak perusahaan untuk memberikan stimulus terhadap perekonomian.

Bersabar

Segala masalah ekonomi ini tak dapat diselesaikan dalam waktu sekejap. Kesabaran merupakan barang mahal yang terkadang tidak ada di pusat kekuasaan di Washington. Kesabaran akan menjadi sangat berharga dalam beberapa waktu ke depan.

Kongres dan presiden akan memerlukan waktu untuk memikirkan langkah apa yang efektif agar dapat keluar dari masalah ekonomi. Proses itu harus terus dilakukan karena ekonomi dan pasar juga berjuang mendapatkan kembali kekuatan mereka. (Joice tauris santi)

Obama dan “Facebook Effect”

Diunduh dari Harian Jurnal Nasional, Jakarta, Senin, 10 Nov 2008
http://jurnalnasional.com/?med=Koran%20Harian&sec=Ekonomi%20-%20Keuangan%20-%20Bisnis&rbrk=&id=71375&postdate=2008-11-10&detail=Ekonomi%20-%20Keuangan%20-%20Bisnis


by : Wahyu Utomo

One of my fundamental beliefs from my days as a community organizer is that real change comes from the bottom up. And there’s no more powerful tool for grass-roots organizing than the Internet.”

Barack Obama

Saya punya rumus ampuh E = wMC2. Mau tahu detail mengenai rumus tersebut, lihat blog saya: www.yuswohady.com. E dalam rumus itu saya sebut sebagai “energi marketing yang maha dahsyat” sedahsyat bom nuklir. Dan wM adalah = word of mouth, yaitu promosi mulut ke mulut berupa rekomendasi atau referal konsumen baik disampaikan secara fisik maupun berbasis online. Sementara C2 atau (C x C) adalah: C pertama adalah “offline customer Community”; dan C kedua adalah “online customer Community”.

Lalu apa artinya rumus tersebut? Artinya, energi marketing sedahsyat bom nuklir akan Anda dapatkan jika Anda mampu menggabung dan menyinergikan dua elemen penting pemasaran masa depan yaitu promosi dari mulut ke mulut dan komunitas yang anda bangun dan fasilitasi. Kalau Anda mampu menyebarkan word of mouth mengenai produk dan layanan Anda, dan word of mouth itu Anda ”kembangbiakkan” di dalam habitat yang namanya komunitas, maka pasti Anda akan mampu menciptakan energi marketing yang demikian dahsyaaaat!

Kemenangan Obama pekan lalu membuat saya terheran-heran senang: ”Rupanya rumus E = wMC2 saya memang betul-betul cespleng.” Sejak awal saya memprediksi Obama bakal menang bukan karena program-program politiknya; bukan karena partai Demokratnya; bukan karena George W Bush yang sontoloyo!!!; bukan karena McCain yang blunder memilih Palin; bukan juga karena ke-kulithitam-an Obama. Saya yakin ia menang karena strategi marketingnya ampuh menerapkan rumus E = wMC2.

Langkah cerdas pertama Obama menjalankan strategi kampanyenya adalah ketika dia menunjuk Chris Hughes—salah satu pendiri Facebook yang sering dijuluki ”online organizing guru”—untuk menjadi ”juru kampanye” di jagat maya internet khususnya melalui media jejaring sosial (social network). Diinspirasi kesuksesan situs jejaring sosial seperti Facebook, MySpace, dan YouTube, Chris merancang My.BarackObama.com (selama kampanye dikenal dengan sebutan seksi ”MyBo”) yang dijadikan epicentrum dari keseluruhan strategi Obama menggaet massa melalui komunitas dunia maya. Melalui situs inilah ”keajaiban Obama” bermula.

Melalui situs ini Obama menghimpun dan memberdayakan para simpatisan dengan memberi mereka web tools dan web enablers untuk membentuk komunitas pemilih lokal; menciptakan event-event dukungan; sampai kepada menggalang dana kampanye melalui situs-situs dan blog-blog pribadi mereka. Melalui situs ini pula Obama menyebarkan video-video pidato politiknya kepada jutaan pemilih Amerika melalui YouTube atau mendistribusikannya secara mobile ke jutaan pengguna Blackberry atau iPhone.

Fantastis!!! Melalui situs ini Obama mampu mengumpulkan hampir semiliar dolar dari jutaan donatur ”guram” yang bisa menyumbang hanya 5 dolar per-orangnya (wow... ini namanya ”grass-root marketing”). Yang lebih fantastis lagi, mengikuti formula E = wMC2, Obama mampu menghimpun komunitas jutaan simpatisan yang dengan sukarela menyebarkan word of mouth yang ampuh menggigit. Dengan sukarela para simpatisan ini membentuk komunitas-komunitas ssimpatisan lagi melalui blog-blog atau account mereka di Facebook, MySpace, Digg, Deli.cio.us, atau Twitter, dan dengan semangat empat-lima mereka ”menjual” Obama ke jutaan pemilih Amerika.

Obama juga hadir langsung di situs-situs jejaring sosial di atas untuk mengabarkan setiap detik aktivitasnya secara transparan, berdialog dengan para calon voters secara pribadi, menyebar video pidatonya, dan mendorong simpatisan mengumpulkan dana secara online. Sampai akhir Oktober sebelum detik-detik pemilihan, Obama memiliki lebih dari 1,7 juta sahabat di Facebook, 510.000 teman di MySpace, dan lebih dari 45.000 pengikut di Twitter. Sebaliknya, McCain punya 309.000 teman di Facebook dan 88.000 di MySpace.

Tidak seperti pesaingnya, McCain, Obama menulis e-mail pribadinya dan menciptakan video-video eksklusif untuk para pendukung. Tujuannya jelas agar dia bisa berintim-intim ria dengan para pendukungnya. Harap Anda tahu, pidato kemenangan Obama di Chicago minggu lalu sampai tulisan ini dibikin Minggu siang 9 November 2008, sudah mencapai 2.927.355 penonton. Sebuah Angka yang fantastis dan bersejarah.

Singkatnya saya ingin mengatakan, kemenangan Obama tidak terlepas dari dua juta simpatisan online yang bertindak sebagai sukarelawan selama masa kampanye. Persis sesuai dengan rumus ampuh E = wMC2, kunci kemenangan Obama terletak pada, pertama, kemampuannya membangun komunitas simpatisan yang fanatik melalui media jejaring sosial. Kedua, mendorong para simpatisan fanatik tersebut untuk ”menjual” Obama kepada jutaan pemilih Amerika dengan menyebarkan word of mouth dan referal.

Sebut saja keajaiban Obama menerapkan rumus E = wMC2 itu dengan istilah seksi ”Facebook Effect”.

Yuswohady MarkPlus Institute of Marketing www.yuswohady.com

[ kembali ]